Selasa, 20 Desember 2011

4 AYAT SEBAGAI ALAT UKUR KEIMANAN



Pengakuan iman adalah mudah. Setiap orang dapat melakukan hal itu. Namun hati-hati apakah iman kita telah sesuai dengan aturan-Nya. Allah berfirman dalam Surat Al Baqoroh ayat 8 :

“ Dan di antara manusia ada yang berkata, ‘kami telah beriman kepada Allah dan hari akhir,’ padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman.”

Dalam Al Quran terdapat 4 ayat yang menggambarkan kondisi batin orang yang beriman dengan sebenarnya, yakni dalam surat Al-mukminun ayat 57 s/d 59 sbb.:

“ Sungguh orang-orang yang karena takut Tuhan-nya, mereka sangat berhati-hati. Dan mereka yang beriman dengan tanda-tanda  kekuasaan Tuhan-Nya, dan mereka yang tidak mempersekutukan Tuhan-nya. Dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan dengan hati penuh rasa takut (karena mereka yakin) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali krpada Tuhan-Nya.”

Dari 4 ayat tersebut dapat dijabarkan 4  sifat orang beriman sebagaimana berikut :

1.       Rasa takutnya terbukti dengan selalu berhati-hati.

Hanya orang bodoh yang merasa dirinya sudah  aman dari azab Allah, sedangkan orang yang berilmu makin besar rasa takut mereka terhadap Allah. Hak dan batil adalah setipis kulit bawang. Walaupun siang-malam kita beribadah, tapi dalam diri ada ketakaburan, maka ibadah itu tidak bernilai. Hakekatnya dia adalah pengikut Iblis , biang takabur. Rasul SAW melakukan salat malam sampai kakinya bengkak  karena lamanya berdiri, demikian pula orang-orang saleh terdahulu, lebih banyak salat malam dan membaca Al Quran daripada tidur. Maka jika seorang mengaku iman sekedar salat fardlu yang tergesa-gesa dan jauh dari kekhusuan, jauh dari kehati-hatian baik dalam salat dan di luar salat, dia berada di luar kategori ini . Hal yang paling aneh zaman ini banyak yang mengaku penceramah agama melakukan banyolan dan membuat orang terpingkal-pingkal di hadapan Al Quran. Apakah ini tergolong takut dan hati-hati? Apakah para Rasul menyampaikan ajaran dengan cara seperti itu?   Rasul SAW bersabda :” Aku yang paling takut diantara kalian dan aku paling merasa terancam.”

2.       Beriman dengan ayat-ayat Allah.

Ayat-ayat Allah adalah segala ciptaan-Nya di langit dan di bumi dan firman-Nya, Al Quran. Berapa banyat ayat-ayat Al Quran yang sudah kita kuasai? Tahukan larangan danperintah-Nya di setiap surat Al Quran? Jangan-jangan kita membaca Al Quran jika ada kematian atau setiap malam Jumat tanpa mengerti terjemahnya, sedangkan Al Quran itu pedoman hidup, petunjuk, bukan pajangan atau senandung nyanyian. Apakah di waktu malam dan waktu luang kita lebih banyak membaca Al Quran daripada kegiatan lain? Jangan sampai kita tertipu dengan perasaan sudah beriman.

3.       Tidak mempersekutukan-Nya.

Mempersekutukan-Nya bukan seperti pengertian anak kecil yakni menyembah patung dan berhala secara sempit. Namun berhala yang paling berbahaya adalah hawa nafsu kita sendiri. Ketika kita melalukan kebaikan yang di dalamnya ada dorongan lain seperti riya dan bangga diri, maka Allah berlepas dari amal kita. Ketika kita salat namun sepanjang salat pikiran dan perasaan melayang tidak menentu, pernyataan takbir kita “Allahu Akbar” adalah bohong semata, karena yang besar adalah urusan-urusan kita dan orang-orang, bukan Allah. Lahir batin orang beriman dari ubun-ubun sampai mata kaki bergetar karena Allah ketika salat  , batin mereka tunduk dan hanya ada Dia, bukan selain Dia dalam alam rasa dan pikirnya.

4.       Saat memberi  justru diliputi rasa takut.

Mampu memberi sering menimbulkan kebanggaan karena merasa lebih dari yang menerima. Sampai nyawa di tenggorokan Iblis akan tetap berupaya meniupkan kekafiran tanpa terasa. Orang awam digoda dengan maksiat, orang mengaku beriman dengan hawa nafsu dhohir dan orang-orang saleh dengan hawa nafsu halus, semisal ujub tanpa disadari. Hanya orang-orang yang benar imannya yang hatinya terpelihara dan waspada. Saat memberi dan beramal justru hati mereka takut jika ada kemusrikan tidak disadari, takut amal sia-sia, takut merasa mengaku atas hasil jerih payah sendiri bukan karena pertolongan-Nya, dsb.

Kita memohon pertolongan-Nya agar mampu mengkaji diri, melakukan evaluasi dan introspeksi, sehingga tergolong menjadi hamba-Nya, bukan menjadi hamba Iblis tanpa disadari. Amin..                                               

Kamis, 22 September 2011

9 KRITERIA ORANG BERAKAL (ULIL ALBAB) MENURUT AL QURAN

Ulil  Albab sering juga diterjemahkan dengan orang yang cerdas. Namun coba buka Al Quran Surat 13 ayat 19-22 disana Allah meyatakan bahwa orang yang berakal atau Ulil albab Sbb.:

1.      - Orang yang memenuhi janji Allah.

Janji kepada Allah sering kita ikrarkan dalam Solat antara lain pernyataan Takbir Allahu Akbar, apakah benar dalam realisasi kehidupan sehari-hari Allah yang paling besar dan diutamakan? Ataukah kita berbohong? Karena lebih mengutamakan hawa nafsu dan duniawi? Benarkah Syahadat kita? Atau IyyaKana’ budu wa IyyaKanas tai’n. Benarkah hanya kepada Allah saja kita mengabdi dan memohon?

2.      - Tidak merusak Perjanjian

Tidak merusak perjanjian dalam arti perjanjian dengan Allah dan perjanjian dengan manusia. Merusak perjanjian dengan Allah misalnya saat datang panggilan Adzan kita malah menunda-nunda Solat seakan ada hal yang lebih penting dan utama dan juga segala perbuatan yang melanggar hukum Allah seperti bergibah atau bergunjing, melihat yang dilarang,dsb.

3.       -Orang-orang yang menghubungkan apa yang diperintahkan Allah agar dihubungkan, hal ini antara lain menghubungkan tali silaturahmi dan persaudaraan, juga dalam solat menghubungkan bacaan lisan, penglihatan dan pendengaran dengan hati agar tercipta kekhusuan.

4.      - Orang yang takut kepada Tuhan-nya. Orang yang takut tidak akan solat dengan serampangan dan tergesa-gesa. Juga tidak akan tidur semalaman tanpa membaca Al Quran dan akan mampu bangun Solat malam. Diluar ini kita harus waspada tertipu perasaan sendiri dan syetan.

5.    -   Orang yang takut kepada hisab yang buruk. Dalam sehari semalam berapa banyak kita merenung persiapan akan hari  kiamat? Apakah kita selalu merasa aman-aman saja?

6.      - Orang yang sabar semata mengharap ridha Allah. Orang yang sabar karena Allah akan tetap berwajah cerah meski tengah diuji.

7.    -Mendirikan Solat. Solat mencegah yang keji dan munkar lahir dan batin. Jika setelah solat jiwa kita masih galau, pikiran bingung, masih ada amarah atau ketakaburan, kita harus segera analisa solat yang baru dilakukan.

8.    -   Menginfakan sebagian rezeki. Solat sering digandengkan  dengan zakat. Solat yang tidak menghasilkan kemampuan memberi manfaat kepada yang lain patut dipertanyakan.

9.       -Orang yang menolak kejahatan dengan kebaikan. Inilah criteria yang paling berat, ketika kita diperlakukan dengan buruk malah mampu membalas dengan kebaikan bukan mengikuti hawa nafsu untuk membalas amarah.

Sembilan  hal tersebut sebagai bahan perenungan apakah kita sudah termasuk golongan Ulil Albab menurut Allah, Rabbul Alamin.

Selasa, 26 Juli 2011

KEKUATAN LIMA PILAR ISLAM


Bagian 2 dari 7  Tulisan

I. Syahadah

Dalam kehidupan, manusia tidak terlepas dari masalah, besar atau kecil. Adalah terlampau dangkal jika beranggapan masalah adalah identik dengan factor ekonomi dan menganggap kesenangan  akan diaraih jika memiliki banyak uang. Jika kita berfikir dan melihat secara jujur betapa banyak orang-orang yang dianggap kaya lebih banyak memiliki muka memberengut dililit aneka masalah yang pelik. Justru semakin tinggi kedudukan seseorang akan semakin besar tuntutan dan juga tantangannya.

Manusia yang mengingkari fitrah sebagai Ciptaan dan Hamba-Nya dan jauh dari tuntunan-Nya akan mengalami kekeringan jiwa. Kehampaan batin, kegelisahan dan kekalutan lebih banyak mendominasi dirinya. Sedikit saja terbentur suatu masalah akan timbul amarahnya, tidak mampu mengendalikan kesabaran, merasa sedih, mengasihani diri sendiri dan menyalahkan orang lain dan hal-hal lain selain dirinya sendiri.
Syahadah artinya kesaksian, sebagaimana Firman Allah dalam Surat & ayat 172 sbb.:

“Dan ingatlah ketika Rabb-mu mengeluarkan dari sulbi anak cucu adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap diri mereka: ‘ Bukankah Aku ini Rabb-mu?’ Mereka menjawab:’Benar, kami bersaksi’ (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:’Sesungguhnya kami lalai terhadap ini.”

Ketika seseorang benar dengan pernyataan Syahadahnya yang dibuktikan dengan perilaku hidupnya yang berpola pada Rasul-Nya, maka pada setiap hirupan nafasnya ia tidak akan lalai akan kehadiran Yang Maha Kuasa yang kekuasan-Nya meliputi alam langit dan bumi dan yang ada di antara keduanya. Kesadaran yang menetap ini akan memberikan energy yang luar biasa pada dirinya.

Ingatlah bahwa kekuatan fisik manusia itu sangat terbatas namun kekuatan batinnya adalah luas. Alam lahir lebih rendah karena hal itu juga dimiliki binatang. Syahadah yang benar akan mampu mengendalikan segala sikap lahiriah. Namun jika semua perilaku lahiriah menutup dan melalaikan batin atau hati maka dapat dipastikan pernyataan syahadahnya adalah dusta belaka dan tidak memiliki kekuatan apa-apa sehingga kondisi jiwanya tetap galau dan lemah namun terkadang ditutupi dengan ketakaburan.

Bulan Syaban menjelang bulan Ramadhan ini adalah bulan Self Control atau perenungan antara lain merenung seberapa benar dan seberapa kuat pengakuan syahadat kita. Seberapa kuat kita mengendalikan pikiran kita sehingga tidak tergolong orang yang lalai dan seberapa kuat mengendalikan hati kita tidak mengarah pada segala perasaan yang negative. Jangan sampai kita tergolong umat islam akhir jaman  yang disitir Nabi seperti buih di lautan, tidak memiliki kekuatan apa-apa sama-sekali.

Kamis, 07 Juli 2011

YOU BECOME WHAT YOU THINK


(Anda menjadi apa yang anda pikirkan)

Bagian I

Disadari atau tidak manusia adalah produk pikirannya sendiri. Kalau anda berfikir  bahwa anda adalah seorang yang baik dan suka memberi, maka anda  akan menjadi  orang yang baik dan suka memberi. Kalau anda berfikir anda seorang yang jahat maka anda kan menjadi orang yang jahat. Kalau anda berpendapat anda seorang pemalu maka anda menjadi seorang pemalu. Kalau anda bependapat anda seorang yang bodoh maka akan menjadi demikian kenyataannya.

Pemikiran disini adalah pemikiran secara jujur dari hati nurani terdalam . Pemikiran demikian terbentuk bertahun-tahun mulai dari masa kecil  hingga dewasa. Mulai dari perlaku orang tua terhadap anda, perlakuan dari lingkungan dan pengalaman pahit dan manis dari hidup.  Pendapat orang lain tentang diri anda mengikuti pendapat anda tentang diri sendiri. Orang  berpendapat bahwa  anda seorang yang canggung dan pemalu karena anda sendiri yang menunjukkan sikap demikian, tetapi kalau anda berfikir anda seorang yang hangat , penuh percaya diri dan menyenangkan, maka anda akan bersikap demikian pula dan juga pendapat orang tentang anda.

Demikian pula dengan keadaan kehidupan  kelapangan atau kesejahteraan, ketinggian dan kerendahan kedudukan seseorang. Kalau anda selalu berfikir anda seorang yang susah, rendah  dan anda selalu bersedih hati karenanya maka kehidupan akan mewujudkan keadaan demikian.  Perhatikan firman Allah dalam surat 58 ayat 11 :
“ Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu ‘Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis’ maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan ‘ Berdirilah kamu’ maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (kedudukan) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan.”

Ayat tersebut bisa dilihat sebagai ayat muhkamat atau ayat mutasyabihat tergantung dari sisi mana  menafsirkannya. Namun ayat-ayat Al Quran adalah luas. Ayat ini mencakup perintah lahiriah juga batiniah. Adalah benar kalau ditafsirkan jangan duduk berhimpit-himpitan ketika hadir dalam suatu majelis, namun adalah benar juga jika dihubungkan dengan perintah lapangkanlah dada atau hati  niscaya Allah memberi kelapangan hidup , serta perintah berdirilah atau bangkitlah jangan menganggap diri rendah niscaya Allah akan mengangkat derajat kedudukan dalam hidup

Kelapangan dada atau hati adalah langkah awal bagi terwujudnya semua kemudahan, kelapangan hidup dan kedudukan yang baik. Perhatikan surat Al Insyirah ( Surat 94) yang artinya Kelapangan sbb.:
1.       Bukankah Kami telah melapangkan dadamu?
2.       Dan Kami angkat beban darimu
3.       Yang memberatkan punggungmu
4.       Dan Kami tinggikan sebutan bagimu
5.       Maka sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan
6.       Sesudah kesulitan itu ada kemudahan
7.       Maka apabila telah selesai (suatu urusan) kerjakan dengan sungguh-sungguh (urusan yang lain)
8.       Dan hanya kepada Tuhan-mulah engkau berharap.

Barangkali kita pernah membaca membaca sebuah Hadis Qudsi yang terkenal dimana Allah berfirman “ Aku mengikuti sangkaan hamba-KU” Kalau kita menilai diri tidak mampu, tidak akan bisa mencapai sesuatu, maka pikiran kita akan mengeluarkan berbagai alasan kenapa tidak mampu dan tidak bisa. Namun jika kita memiliki keyakinan kuat kita bisa mencapainya, apalagi bersandar kepada Yang Maka Kuasa dan kekuasaan-Nya tanpa batas, pikiran kita akan menemukan jalan-jalan yang selama ini tertutup karena kita sendiri yang selama ini  menutupnya.

Semua benda atau materi di alam semesta ini memiliki unsur partikel  terkecil yang disebut atom. Atom terdiri dari dua unsur yakni proton dan neutron. Belakangan para akhli menemukan bahwa unsur-unsur ini ternyata adalah energi. Dan ketahuilah bahwa energi dapat dikendalikan oleh kekuatan  pikiran. Barangkali kita pernah menemukan suatu kejadian yang disebut orang kena santet. Paku, jarum dan benda-benda materi lainnya bisa ada di dalam perut seseorang. Atau dalam film serial Startrek digambarkan orang bisa  berpindah tempat ke tempat yang dituju hanya dalam sekejap mata  setelah sebelumnya orang tersebut diubah menjadi energi dan dikembalikan lagi menjadi materi pada tempat yang dinginkan.

Dalam Islam terdapat Lima pilar untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin. Lima pilar ini juga merupakan lima langkah kekuatan untuk meraih kehidupan yang penuh dengan kenikmatan. (BERSAMBUNG)
  

Senin, 13 Juni 2011

27 BENTUK KESADARAN UNTUK MERAIH KEUTAMAAN

KAJIAN JUZ 27
(Menyambut Isra Mi'Raj Tgl.27 Rajab 1432 H)

Al Quran sebagaimana kita ketahui memiliki tujuh fungsi. Yang pertama saat kita membaca Al Quran hendaknya terbentuk suatu Kesadaran (Dzikrun) sehingga menjadikannya Petunjuk dalam kehidupan (Hudan) dan Al Quran telah menjadikan petunjuk itu Gamblang (Bayan) sehingga kita mampu memfungsikannya sebagai penyembuh penyakit yang ada dalam dada (Syifa). Setelah hati bersih maka Al Quran menjadi penerang (Nur) yang menjadikan kita memiliki penggetahuan (Ilmu) dan mampu diwujudkan dalam kehidupan sehingga jelas berbeda dengan yang batil (Furqon).

Jika seseorang dalam tujuh hari tujuh malam  memfungsikan tujuh fungsi Al Quran tersebut, terutama tujuh ayat Ummul Quran, Al Fatihah, maka ia akan mampu solat penuh kekhusuan. Ketika ia berdoa dalam qolbu saat sujud, yaitu sujud yang dibarengi tujuh anggota badan rukun sujud ; dua ujung telapak kaki, dua lulut, dua telapak tangan dan kening, maka maka seluruh mahluk Allah yang berada di tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi akan ikut serta mengaminkan.

Juz 27 terdiri dari 7 Surat dimulai dari Surat 51 ayat 31 sampai dengan Surat 57 ayat terakhir atau ayat 29. Dibuka dengan kisah diazabnya kaum-kaum yang mendustakan para Rasul dengan berbagai bencana yang membinasakan dan diakhiri dengan ayat-ayat yang menyiratkan keharusan kita berfikir bahwa Allah telah menciptakan Besi yang kuat maka hendaknya kita tergugah untuk memiliki kekuatan dan keteguhan untuk meneggakan ajaran-Nya.

Dari Juz tersebut dapat ditarik 27 bentuk kesadaran sbb.:
1.       Hendaknya kita melakukan introspeksi apakah  ada keangkuhan dalam diri kita  yang tidak disadari ? Keangkuhan adalah merasa benar dan tersinggung jika diberitahukan kebenaran, walaupun solatnya dari takbir sampai salam tidak disertai hati dan waktunya banyak sia-sia. Keangkuhan yang tidak disadari adalah kita tetap seperti itu tanpa tidak perduli. Kaum Tsamud berlaku angkuh dengan Perintah Allah maka mereka disambar petir yang membinasakan(S 51:44).

2.       Apakah peringatan-peringatan Allah telah membuka kesadaran? Jika tidak maka semua ayat-ayat Allah tidak akan bermanfaat  ( S.51:55). Hindari menjadikan Islam atau Majelis atau kelompok jamaah  suatu yang Eksklusif atau Inklusif. Kita merasa istimewa dan bangga dengan Islam atau kelompok jamaah atau imam kita. Apakah anda meng-akbarkan Allah atau membesarkan hawa nafsu sendiri?  Tipuan setan itu halus. Kita rame-rame solat tarawih pada bulan Ramadhan dengan penuh kegembiraan, namun solatnya kebut-kebutan sama sekali jauh dari penghayatan. Menjelang Idul Fitri semua sibuk dengan memikirkan makanan lebaran dan baju baru dan segala barang baru. Apakah kita memikirkan sejauh mana saum kita telah membakar hawa nafsu? Apakah benar kita kembali fitri? Atau sekarang malah gembira karena tidak ada lagi  yang mengekang nafsu? Apakah kita menang atau setan yang tetap menang? Jangan-jangan setan tertawa terpingkal-pingkal melihat kebodohan manusia.


3.       Allah berfirman : “ Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia melainkan untuk mengabi kepada-Ku ( S 51:56)”. Apakah kita mengabdi kepada-Nya atau pada hanya keinginan sendiri? Apakah kita saat terbangun dari tidur ingat Dia dan perintah-perintah-Nya? Atau langsung ingat berbagai kesibukan atau kebutuhan. Sehari penuh kita berjuang untuk kepentingan karir, keluarga , kebutuhan, target, dsb. Mengapa tidak menyandarkan semua aktifitas pada perintah-Nya? Allah tidak menyuruh kita sehari-semalam wirid di mesjid atau mushola dan mengabaikan kewajiban pada keluarga. Seorang mukmin itu harus memberi manfaat kepada orang lain bahkan Rasul itu Rahmatan lil alamin.

4.       Allah berfirman : “ Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan kenikmatan (S 52:17).” Kita teliti diri sendiri apakah kita telah memiliki ketenangan dan kenyamanan batin atau masih dalam kegalauan dan aneka kebingungan.


5.       Al Quran S 52 ayat 28 ; “ Sesungguhnya kami mengabdi pada-nya sejak dahulu. Dialah Yang Melimpahkan kebaikan, Maha Penyayang”  Dari ayat ini kita tafakur sejauh mana kita telah banyak melakukan kebaikan dan menyayangi  orang dan mahluk lain?

6.       Al Quran S S 53 ayat 3 : “ Dan tidaklah yang dicapkannya itu dari hawa nafsu”.  Apakah kita sudah mampu mengendalikan lisan kita atau malah asal bicara dan banyak ngobrol sia-sia apalagi berdosa seperti membicarakan kejelekan orang lain?


7.       Firman Allah : “ Atau apakah manusia akan mendapat segala yang diinginkannya?” (S 53;24). Semua yang ada di langit dan di bumi itu milik Allah, jika ada suatu keinginan kita teliti apakah sesuai dengan perintah dan tidak melanggar larangan-Nya?

8.       Apakah kita telah menjadikan ilmu sebagai imamnya amal? ( S 53:28). Semua aktifitas manusia dalam segala aspek seperti cara bekerja, cara berumah-tangga, cara bermasyarakat, cara sholat, cara makan, cara minum sampai cara ke kamar mandi telah dibimbing oleh Allah dan Rasul-Nya. Hendaknya kita gali.


9.       Firman Allah : “ Maka tinggalkanlah orang yang berpaling dari peringatan Kami dan dia hanya mengingini kehidupan dunia?” Apakah jiwa kita masih tetap seperti ini?

10.   “ Dan sungguh Kami telah mudahkan Al Quran untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?”( S 54:17) Apakah kita telah menjadikan ayat-ayat Al Quran sebagai renungan dan pemikiran atau membacanya sambil lalu?


11.   “ Sungguh orang yang berdosa berada dalam kesesatan ( di dunia) dan akan berada dalam neraka.” (S 54:47) Apakah hati kita masih kesat ?

12.   “ Dan segala sesuatu yang mereka perbuat tercatat dalam buku-buku catatan” ( S 54:52). Apakah kita selalu mencatat yang telah dikerjakan dan membuat perencanaan yang akan dikerjakan? Seorang mukmin itu waktunya teroganisir dengan baik. Hadis Rasul SAW yang terkenal bahwa hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, jika sama berarti rugi, jika lebih jelek maka celaka.


13.   “ Dan tegakkanlah keseimbangan itu dan janganlah kamu mengurangi keseimbangan itu” ( S 55:9) Apakah kita memiliki keseimbangan antara siang dan malam, dunia dan akhirat, diri kita dengan keluarga, keluarga dan masyarakat? Jangan sekali-kali kita merusak Ekosistem, yaitu keseimbangan di alam semesta.

14.   “Semua yang ada di bumi akan binasa” ( S 55:26) Bagaimana kalau besok pagi kita dipanggil-Nya?  Atau kita  merasa hidup masih lama masih banyak waktu untuk bertobat dan persiapan mati?


15.   “Dan orang-orang yang berdosa dikenal dengan tanda-tandanya lalu direngut ubun-ubun dan kakinya” ( S 55: 41) Apakah kita berwajah muram gelap atau berwajah cerah?

16.   “ Dan bagi siapa yang takut menghadap Rabbnya ada dua surga” (S 55:46) Apakah kita tergolong orang yang takut atau merasa terjamin jadi akhli surga?


17.   “Terjadinya (kiamat) tidak dapat didustakan” ( S 56:2) Apakah sebatas pengakuan percaya akan hari kiamat atau selalu mempersiapkan diri ?

18.   “Dan kamu menjadi tiga golongan” ( S 56:7) Menurut penilaian diri sendiri secara jujur tergolong yang manakah saat ini? Akhli surga atau akhli neraka? Mana buktinya?


19.   “Sesungguhnya mereka ( Akhli Neraka) dahulu hidup bermewah-mewah” ( S 56:45) Apakah diri kita masih sama seperti orang kafir yaitu selalu  mengidamkan dan bangga dengan kemewahan?

20.   “Pernahkah kamu memperhatikan air yang kamu minum?” ( S 56:68) Atau asal minum?


21.   “Maka pernahkah memperhatikan api yang kamu nyalakan?” ( S 56:71) Atau tidak pernah berfikir?

22.   “Tidak ada yang menyentuhnya ( Al Quran) selain hamba-hamba yang disucikan” ( S 56:79). Apakah diri kita sudah bersih dari tabiat setan?  Sebab setan tidak akan mampu mewujudkan Al Quran dalam dirinya.


23.   “Dan kamu menjadikan rezeki yang kamu terima ( Al Quran) justru untuk mendustakan?” ( S 56:82). Malah kamu memilih kesenangan dunia ini dan melalaikan Al Quran!

24.   “......Dan Dia bersama kamu dimana saja kamu berada. Dan Allah Maha melihat Yang kamu kerjakan” ( S 57:4) Apakah kita selalu sadar ini atau selalu lalai?


25.   “Miliknyalah kerajaan langit dan bumi. Dan hanya kepada Allah dikembalikan segala urusan” ( S57:5) Apakah kita masih terlena dengan urusan sendiri?

26.   “....Dan Dia telah mengambil janjimu, jika kamu orang beriman” (S 57:8). Apakah kita telah memenuhi janji-janji kepada Allah seperti takbir kita Allahu Akbar bahwa Allah-lah yang besar bukan hawa nafsu atau hanya sekedar ucapan bacaan?


27.   Allah berfirman dalam Surat Al Hadid ayat 16 : “ Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk secara khusu mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diwahyukan. Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang telah menerima kitab sebelum itu. Kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati menjadi keras. Dan banyak diantara mereka menjadi orang-orang fasik”